TOP NEWS

Mitra Dakwah

06 April 2012

Serangan Amerika Dalam Menghancurkan Kaum Muslimin



Pertarungan yang berkobar seusai Perang Dunia II antara blok Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) dengan blok Timur pimpinan Uni Soviet (yang dikenal dengan sebutan Perang Dingin), bukanlah semata-mata pertarungan antara dua blok secara internasional. Lebih dari itu, sesungguhnya yang berkeca­muk adalah pertarungan keyakinan antara ideologi Kapitalisme melawan ideologi Sosialisme. Dan medan pertarungan ideologi ini tidak terbatas hanya di kawasan Eropa saja, akan tetapi telah menjangkau seluruh kawasan dan pelosok dunia.
Ideologi Sosialisme mulai eksis secara universal sejak akhir abad ke-19 M, ketika mulai mendapatkan basis opini umum di antara bangsa-bangsa Eropa. Baru pada tahun 1917, Sosialisme mulai eksis secara internasional dengan berdirinya sebuah negara di Rusia dan sekitarnya yang kemudian dikenal dengan sebutan Uni Soviet atas dasar ideologi tersebut. Dan ideologi Sosialisme ini tetap eksis secara internasional hingga tahun 1991 ketika Uni Soviet roboh dan bangsa-bangsa penganut Sosialisme ramai-ramai melepaskan diri dari ideologi tersebut. Dengan demikian, Sosialisme telah punah secara internasional dan universal.
Keruntuhan Uni Soviet berikut Ideologi Sosialismenya telah membukakan kesempatan kepada Kapitalisme untuk mengisi kekosongan gelanggang politik internasional. Dengan hancurnya Sosialisme, akhirnya AS mendominasi percat­uran politik internasional, sebab tak ada lagi negara di dunia ini yang mengemban ideologi lain dan menjalankan strategi politik internasionalnya atas dasar ideologi tersebut. Dengan adanya dominasi tunggal AS, lahirlah Tata Dunia Baru. Sebutan Tata Dunia Baru, dapatlah dianggap tepat kalau ditinjau dari segi eksistensi ideologi secara internasional. Oleh karena itu, adalah wajar kalau Presiden AS waktu itu (George Bush) mengumumkan kelahiran Tata Dunia Baru, sebab AS adalah negara adidaya terkuat di dunia. Dialah pemimpin negara-negara Kapitalis sekaligus pembawa bendera propaganda Ideologi Kapitalisme.
AS mulai menyebarkan Kapitalisme sejak dia tampil di panggung dunia sebagai negara penjajah. Metode yang di-gunakannya untuk menyebarkan Kapitalisme adalah dengan melakukan penjajahan (imperalisme), baik penjajahan gaya lama maupun gaya baru. Berkaitan dengan penyebaran Kapitalisme ini, ada satu hal yang betul-betul perlu diperhatikan dengan seksama di sini. Bahwasanya, setelah AS berhasil memantapkan dominasi Ideologi Kapitalisme secara internasional, kini AS tengah berusaha untuk memantapkan dominasi ideologi itu secara universal.
Sebelumnya, AS dengan dibantu negara-negara Kapitalis lain telah sukses menjadikan Kapitalisme sebagai asas interaksi dan konvensi internasional. Dan kini, AS mempunyai cita-cita baru untuk menjadikan Kapitalisme sebagai agama bagi seluruh bangsa dan umat di muka bumi. Cara yang ditempuh untuk meraih cita-citanya itu, ialah dengan mengajak seluruh umat manusia untuk meyakini Aqidah Kapitalisme dan menjadikan ide-ide Kapitalisme sebagai persepsi-persepsi, standar-standar, dan keyakinan-keyaki­nan yang berlaku di segala aspek kehidupan bagi seluruh umat manusia. Jelaslah, AS sudah tidak lagi merasa cukup hanya mener­apkan Kapitalisme sebagai peraturan dan undang-undang.
Serangan AS secara universal untuk menjadikan Kapitalisme sebagai ideologi seluruh umat manusia di muka bumi, memang tak menghadapi perlawanan yang tangguh, kecuali di Dunia Islam. Memang benar, seluruh negara di Dunia Islam saat ini tidak menerapkan Islam meskipun beberapa negara mengklaim menerapkannya dan malah menerapkan Kapitalisme semu yang telah dimodifikasi (bersalin rupa). Akan tetapi, umat Islam yang tetap eksis setelah hancurnya Khilafah itu sejak awal dasawarsa 50-an telah mulai merambah jalan menuju kebangkitan berasaskan Islam, mulai berjuang untuk membangun kembali kehidupannya atas dasar Islam, dan bahkan telah mencanangkan cita-cita menyelamatkan dunia dengan membawa hidayah Islam.
Ya, semua upaya ini terus diperjuangkan, kendatipun umat Islam masih terpecah belah akibat rekayasa kaum kafir sebelum dan sesudah kehancuran Khilafah dan kendatipun para penguasanya (yang menjadi agen Barat) terus mempertahankan kekufuran yang dibangun Barat di negeri-negeri muslim, berkhidmat siang malam demi kepentingan dan dominasi Barat, serta menjalankan seluruh strategi politik dalam dan luar negerinya menurut petunjuk-petunjuk dan instruksi-instruksi Barat.
Namun kebangkitan umat yang diupayakan tadi nampaknya belum mencapai kesempurnaan dan berjalan sangat lambat karena berbagai kendala. Saksikanlah, para penguasa agen Barat tadi telah bertingkah brutal dan sangat kejam terhadap para pejuang kebangkitan umat. Mereka juga terus melakukan operasi penumpasan dan melancarkan aksi teror terhadap para pejuang tadi. Sementara itu, kaum kafir juga tak ketinggalan merancang strategi yang dijalankan oleh agen-agen mereka tadi untuk melawan bangsa mereka sendiri, agar bangsa mereka tetap hina diinjak-injak dan dibelenggu oleh kekufuran. Walau demikian keadaannya, Barat yang kafir (dengan AS sebagai gembongnya) sudah merasa gentar kalau-kalau kebangkitan umat Islam suatu ketika mencapai titik sempurna sehingga umat Islam kembali menjadi umat istimewa yang berbeda dengan manusia lainnya.
Barat yang kafir juga sudah gemetaran membayangkan umat Islam hidup kembali di bawah satu negara, yakni negara Khilafah, yang akan melanjutkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia untuk mengentaskan dunia dari gelimang kesengsaraan, kegoncangan, dan kemerosotan yang parah akibat hegemoni Kapitalisme dan ide-idenya yang materialistik itu. Semua ini telah menjadikan Barat bagaikan hutan yang tidak aman dan senantiasa menimbulkan keresahan, sekalipun harus diakui mereka memang sukses dalam sains dan teknologi serta banyak meraih penemuan-penemuan ilmiah.
Barat yang kafir juga senantiasa ingat, bagaimana Ideologi Islam dahulu telah mengubah kabilah-kabilah Arab yang serba terbelakang dan tak pernah diperhitungkan dalam sejarah, menjadi umat istimewa yang berperadaban, yang kemudian tampil di pentas dunia dengan cahaya Islam serta dalam waktu singkat sanggup memantapkan posisinya sebagai pemimpin dunia.
Kejayaan ini tetap lestari untuk sekitar 10 abad lama-nya. Dan sepanjang masa itu, meratalah keadilan, keamanan, kesejahteraan, dan nilai-nilai yang luhur di setiap tempat. Bendera dan panji Khilafah pun berkibar-kibar dengan gagahnya di mana-mana. Maka dari itu adalah wajar, bila Barat yang kafir merasa kecut kalau-kalau umat Islam suatu saat kembali bangkit lalu menghancurleburkan segala pengaruh dan kepentingan mereka di mana pun, tak hanya di buminya sendiri, tetapi bahkan di seluruh pelosok dunia. Berdasarkan kesadaran AS dan Barat terhadap hakekat ini, maka sebenarnya sasaran utama serangan AS tak lain adalah umat Islam, sekalipun serangan AS memang tetap bersifat universal.
Memang, serangan AS ini mempunyai motif-motif lain, seperti kerakusan serta ketamakan Amerika dan Barat yang kapitalistis terhadap sumber daya alam di negeri-negeri Islam dan posisi geografisnya yang amat strategis dan isti-mewa. Juga adanya potensi negeri-negeri Islam itu sebagai pasar raksasa bagi produk-produk Barat dan sumber bahan mentah utama bagi industri mereka, di samping adanya deposit-deposit minyak bumi yang melimpah ruah, yang sangat vital bagi kelangsungan hidup Barat.
Meskipun memang ada motif-motif lain seperti itu, tetapi motif utama dan pertama serangan AS tak lain adalah adanya potensi bahaya dalam tubuh umat Islam yang dapat mengancam kepentingan-kepentingan Barat dan dominasi internasionalnya. Bahkan, potensi bahaya itu pada hakekatnya dapat mengancam eksistensi mereka sendiri, jika suatu saat umat Islam sadar dan bangkit serta kembali mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Rasa takut AS ini mendorong mereka untuk melancarkan serangannya terhadap Dunia Islam, AS menyandarkan dirinya pada basis-basis utama berikut ini:
Pertama, Posisi AS dalam konstelasi politik internasional dan pengaruhnya yang kuat terhadap Dunia Islam. Kondisi ini terwujud terutama setelah Perang Teluk II yang menghasilkan keuntungan-keuntungan politis bagi AS, yakni pemantapan hegemoninya di Dunia Islam secara keseluruhan. Akibat adanya posisi dan pengaruh AS itu, Dunia Islam menjadi pihak yang paling banyak menerima tekanan-tekanan AS dan menjadi sasaran serangan AS yang ber-tujuan menghancurkan Islam dengan cara menggiring dan mengajak kaum muslimin untuk menganut Kapitalisme.
Kedua, Kepemimpinan AS atas negara-negara Kapi-talis lain yang berambisi untuk berpartisipasi dalam serangan yang dilancarkan AS. Selain itu, AS juga telah melemahkan pengaruh negara-negara Kapitalis tadi dan menundukkan agen-agennya di Dunia Islam demi kesuksesan serangannya. Meskipun demikian, negara-negara Kapitalis tadi sebenarnya tak berbeda dengan AS dalam pandangannya terhadap Islam, yakni Islam dianggap sebagai bahaya yang mengancam negara-negara Kapitalis berikut seluruh pengaruh dan kepen-tingan mereka.
Ketiga, AS mempunyai legitimasi dan alat internasio-nal, yakni PBB dan Piagam PBB, termasuk berbagai badan dan organisasi yang menginduk kepada PBB. Semua alat ini telah dikendalikan oleh AS guna menjalankan strateginya dan memberikan legitimasi internasional terhadap segala tindakan yang dianggap perlu oleh AS, baik tindakan dalam bidang politik, ekonomi, militer, maupun yang lainnya.
Keempat, Sarana-sarana media massa internasional telah dikuasai oleh AS dan sekutu-sekutunya, kemudian dija-dikan senjata paling mematikan untuk melancarkan serang-an. Sarana-sarana itu selain dimanfaatkan AS untuk menjaja-kan slogan-slogan yang mereka gunakan dalam serangan ini, juga telah direkayasa untuk menggambarkan citra buruk mengenai Islam serta membangkitkan rasa benci dan permu-suhan dunia terhadap orang-orang yang berpegang teguh pada Islam. Mereka yang konsisten terhadap Islam ini telah dicap dan dicaci maki dengan macam-macam predikat : fun-damentalis, radikalis, ekstrimis, teroris, dan sebagainya.
Tak diragukan lagi, senjata mereka ini sangatlah ber-bahaya, terutama setelah adanya revolusi komunikasi dan in-formasi yang berlangsung pada paruh kedua abad ini, se- hingga dunia seakan-akan telah berubah menjadi sebuah desa kecil. Akibatnya, hampir-hampir tak ada satu rumah pun di dunia ini yang tidak dimasuki oleh arus informasi, baik informasi yang dapat dibaca maupun yang bersifat audio visual.
Kelima, Barangkali basis yang paling berbahaya ialah para penguasa yang menjadi agen AS dan sekutu-sekutunya, termasuk orang-orang yang ada di sekitar para penguasa tersebut. Orang-orang yang dekat dengan para penguasa ini terdiri dari para penjilat hina yang munafik, orang-orang le- mah yang pragmatis, dan para intelektual yang kenyang dengan kebudayaan Barat yang kafir dan tertipu oleh metode kehidupan mereka. Termasuk juga dalam hal ini sebagian orang yang pura-pura membela Islam, seperti para oknum ulama pendukung penguasa, individu-individu tertentu yang ditonjol-tonjolkan sebagai intelektual muslim, dan beberapa tokoh harakah Islam. Pada hakekatnya, mereka ini tak lebih hanyalah orang-orang sekular yang mempropagandakan pe-misahan agama dari kehidupan.
Semua pihak di atas telah berkomplot dan berkhidmat demi kesuksesan serangan Amerika, yang sesungguhnya bertujuan menggiring kaum muslimin agar membuang ideo-logi Islam dan kemudian memeluk ideologi Kapitalisme.
Dalam hal ini cara dan sarana yang digunakan oleh para penguasa dan antek-anteknya itu beraneka ragam, diantaranya :
1. Menyesatkan umat melalui media massa.
2. Memanipulasi pemahaman dan hukum Islam.
3. Menerapkan peraturan-peraturan kufur dan melegislasi berbagai hukum dan undang-undang untuk menerapkan peraturan kufur itu.
4. Mengadakan berbagai macam perjanjian dan kese-pakatan agar negara-negara di Dunia Islam tetap lestari berada di bawah telapak kaki orang-orang kafir dan cengkeramannya.
5. Menjalankan rencana dan skenario yang dikarang oleh kaum kafir, yang bertujuan untuk menghina dinakan umat dengan cara memusnahkan nilai-nilai luhur dalam ajaran Islam.
6. Menumpas secara kejam para pejuang Islam yang telah sadar dan ikhlas dari kalangan putera-puteri umat Islam, dengan tujuan untuk membungkam mulut mereka dan menyebarkan rasa ngeri sekali- gus melancarkan teror terhadap rakyatnya sendiri. Dengan demikian, para penguasa tersebut berharap agar tak ada seorang pun yang berani menyuarakan kebenaran secara terang-terangan, sehingga mereka akan lebih mudah menginjak-injak umat dan meng-giring mereka agar ridla meyakini kekufuran dan ikhlas diinjak-injak kaum kafir.
Kelima basis di atas itulah basis-basis utama yang digunakan oleh AS untuk melancarkan serangannya melawan kaum muslimin. Serangan ini bertujuan untuk menghancurkan Islam dengan cara menggiring kaum muslimin untuk memeluk dan menganut ideologi Kapitalisme. Serangan AS itu minimal terwujud dalam empat slogan yang sebenarnya merupakan substansi ideologi Kapitalisme, yaitu: Demokrasi, Pluralisme, Hak Asasi Manusia, dan Politik Pasar Bebas.
Sebelum slogan-slogan ini dibahas dan dikritik secara rinci, akan dijelaskan terlebih dahulu kerusakan asas pemikiran yang melahirkan slogan-slogan tadi. Asas slogan-slogan itu adalah aqidah Kapitalisme, yaitu aqidah pemisahan agama dari kehidupan (Sekularisme).
Aqidah ini, sebenarnya bukanlah hasil proses berpikir. Bahkan, tak dapat dikatakan sebagai pemikiran yang logis. Aqidah pemisahan agama dari kehidupan tak lain hanyalah penyelesaian yang berkecenderungan ke arah jalan tengah atau bersikap moderat, antara dua pemikiran yang kontradiktif. Kedua pemikiran ini, yang pertama adalah pemikiran yang diserukan oleh tokoh-tokoh gereja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (abad V - XV M), yakni keharusan me-nundukkan segala sesuatu urusan dalam kehidupan menurut ketentuan agama. Sedangkan yang kedua, adalah pemikiran sebagian pemikir dan filsuf yang mengingkari keberadaan Al Khaliq.
Jadi, pemikiran pemisahan agama dari kehidupan merupakan jalan tengah di antara dua sisi pemikiran tadi. Penyelesaian jalan tengah, sebenarnya mungkin saja terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai asas yang sama). Namun penyelesaian seperti itu tak mungkin terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Sebab dalam hal ini hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, ialah mengakui keberadaan Al Khaliq yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dan dari sinilah dibahas apakah Al Khaliq telah menentukan suatu peraturan tertentu lalu manusia diwajibkan untuk melaksanakannya dalam kehidupan? Juga apakah Al Khaliq akan menghisab manusia setelah mati mengenai keterikatannya terhadap peraturan Al Khaliq ini? Sedang yang kedua, ialah mengingkari keberadaan Al Khaliq. Dan dari sinilah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa agama tidak perlu lagi dipisahkan dari kehidupan, tapi bahkan harus dibuang dari kehidupan. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa keberadaan Al Khaliq tidaklah lebih penting daripada ketiadaan-Nya, maka ini adalah suatu ide yang tidak memuaskan akal dan tidak menenteramkan jiwa.
Jadi, berdasarkan fakta bahwa aqidah Kapitalisme adalah jalan tengah di antara pemikiran-pemikiran kontradiktif yang mustahil diselesaikan dengan jalan tengah, maka sudah cukuplah bagi kita untuk mengkritik dan membatalkan aqidah ini. Tak ada bedanya apakah aqidah ini dianut oleh orang yang mempercayai keberadaan Al Khaliq atau yang mengingkari keberadaan-Nya.
Tetapi dalam hal ini dalil aqli (dalil yang berlandaskan keputusan akal) yang qath'i (yang tidak diragukan lagi kebenar­annya), membuktikan bahwa Al Khaliq itu ada dan Dialah yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dalil tersebut juga membuktikan bahwa Al Khaliq ini telah menetapkan suatu peraturan bagi manusia dalam kehidupannya, dan bahwasanya Dia akan menghisab manusia setelah mati mengenai keterikatannya terhadap peraturan Al Khaliq tersebut.
Kendatipun demikian, di sini bukan tempatnya untuk melaku­kan pembahasan mengenai eksistensi Al Khaliq atau mengenai peraturan yang ditetapkan Al Khaliq untuk manusia. Namun yang menjadi fokus pembahasan di sini ialah aqidah Kapita­lisme itu sendiri dan penjelasan mengenai kebatilannya. Dan kebatilan Kapitalisme cukup dibuktikan dengan menunjukkan bahwa aqidah Kapitalisme tersebut merupakan jalan tengah antara dua pemikiran yang kontra-diktif, dan bahwa aqidah tersebut tidak dibangun atas dasar pembahasan akal.
Dengan merobohkan aqidah Kapitalisme ini, sesungguhnya sudah cukup untuk merobohkan ideologi Kapitalisme secara keseluruhan. Sebab, seluruh pemikiran cabang yang dibangun di atas landasan yang batil pada hakekatnya adalah batil juga. Dan ini berarti, tidak perlu lagi dibahas ide- ide pokok dalam Kapitalisme satu per satu secara mendetail.
Hanya saja, pembahasan secara rinci terhadap ide-ide pokok itu kini telah menjadi satu keharusan, karena sebagian ide-ide tersebut telah dipasarkan secara universal dan diterima oleh sebagian kaum muslimin. Selain itu, ide-ide tadi ternyata telah menjelma menjadi slogan-slogan yang digunakan Amerika untuk menyerang Islam dan umatnya dengan suatu serangan yang sangat ganas dan berbahaya.
Oleh karena itu, ide-ide pokok tadi harus dibahas secara terperinci, kemudian diterangkan kekeliruannya dan kontradiksinya dengan Islam. Dengan demikian, diharapkan kaum muslimin akan mengetahui bahwa mereka diharamkan untuk mengambil ide-ide terse­but. Dan lebih dari itu, mereka bahkan diwajibkan membuang sama sekali semua ide-ide itu dan menentang serta melawan siapa pun yang berusaha menjajakannya.
Atas dasar semua penjelasan ini, tidak dibenarkan seorang muslim berpikir walau hanya sedetik untuk menerima ideologi Kapitalisme atau mengambil ide apa pun darinya. Tak ada keraguan lagi, bahwa sasaran utama dan per tama dari serangan Amerika ini adalah umat Islam, sebab hanya umat Islamlah yang menganut sebuah ideologi yang akan dapat menghalangi domina­si Kapitalisme. Kaum kafir pun telah memahami benar sejarah umat Islam ini, sehingga mereka sadar terhadap apa yang akan dapat diperbuat umat Islam, jika mereka suatu saat kembali menjalani kehidupan atas dasar ideologi Islam dan menyebarluaskannya ke selu- ruh dunia.
Memang, umat Islamlah sebenarnya sasaran utama serangan AS. Bukti yang paling nyata, ialah bahwa di sam- ping berupaya menguni­versalkan Kapitalisme, AS juga me- lancarkan serangannya yang lain untuk memerangi Islam. Kadang-kadang dengan cara mencaci maki para pengemban dakwahnya dengan sebutan teroris. Atau dengan cara me- nyuruh para penguasa di negeri-negeri Islam --yang menjadi agen mereka-- agar bertingkah sadis dan kejam terhadap orang-orang yang ikhlas berjuang untuk membangkitkan umat atas dasar Islam. Atau terkadang dengan cara menjelek- jelekkan dan memutar balikkan ajaran-ajaran Islam, yang dibantu penuh oleh para penguasa yang menjadi antek-antek mereka. Tujuan serangan AS saat ini, tak lain adalah menghancurkan Islam dengan cara mengajak kaum muslimin untuk membuang Aqidah Islamiyah dan me- meluk aqidah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), serta menjadikan ideologi Kapitalisme sebagai agama baru untuk mereka. Dengan demikian, ideologi Kapi­talisme akan dijadikan asas pemikiran dan sumber peraturan hidup bagi kaum muslimin.
Semua ini, niscaya akan benar-benar menjauhkan Islam secara lebih total dari kehidupan kaum muslimin. Dan pada gilirannya, tak akan ada satu pun ajaran Islam yang tersisa lagi, selain upacara-upacara ritual di tempat-tempat ibadah.
Inilah sesungguhnya tujuan serangan AS itu. Dan ini pula sesungguhnya tujuan propaganda para penguasa agen Barat dan segenap antek-antek mereka.

0 komentar: